as expected – chenji
“Selamat datang di kafe Chill Drea-“
“Saya mau pesan coklat hangat, tolong antarkan ke meja saya.”
Jisung tidak pernah menyangka akan bertemu mami kekasihnya, di kafe tempat ia bekerja paruh waktu. Mami Chenle adalah wanita karir yang sangat sibuk, bahkan beliau jarang berada di Korea, Chenle pernah bercerita maminya punya banyak perusahaan di luar negeri.
Mungkin beliau tidak meminta langsung, namun Jisung paham betul bahwa beliau pasti ingin berbicara padanya dan sebagai seseorang yang menghormati orang tua kekasihnya tentu saja ia mengiyakan, bahkan sebelum diminta ia sudah izin terlebih dahulu dengan sang manager.
Maka di sinilah Jisung, duduk berhadapan satu meja dengan mami kekasihnya dengan perasaan canggung dan awas.
“Saya tidak punya banyak waktu, nak Jisung. Kamu paham sekali bahwa saya wanita yang sangat sibuk. Saya juga tidak ingin berbasa-basi. Saya ke sini ingin bertemu dengan kamu untuk menawarkan kesepakatan.”
“David adalah anak tunggal dan satu-satunya cucu laki-laki di keluarga besar saya. Dia dididik dengan tujuan dan masa depan yang jelas. Saya akui saya tidak memperhatikannya beberapa waktu karna kesibukan saya, sehingga akhirnya dia terlalu banyak bermain-main. Itu murni kesalahan saya.”
(David adalah nama barat Chenle, orang tua dan keluarga besar serta sebagian teman memanggil Chenle dengan nama itu, kecuali Jisung. Chenle menolak tegas jika Jisung memanggilnya David, sebab kekasihnya merasa panggilan itu sangat tidak akrab jika disebut olehnya.)
Jisung tau kemana arah pembicaraan ini, Jisung dan wanita yang ada di depannya ini tidak pernah bertemu secara langsung. Namun Chenle pernah bercerita tentangnya ketika Jisung meminta. Jisung juga pernah melihat Chenle yang sedang melakukan panggilan video bersama maminya, walau tidak mengerti pembicaraan mereka sebab menggunakan bahasa mandarin, tapi Jisung tahu saat itu Chenle sangat marah.
Chenle tidak pernah mengatakannya secara gamblang, namun Jisung cukup paham bahwa sang mami tidak menyetujui hubungan mereka. Tapi bukan Chenle namanya jika tidak membangkang, berapa kalipun kekasihnya sempat bercekcok dengan maminya, ia selalu berhasil kembali pada Jisung.
“Karna David tidak bisa saya kendalikan, maka keputusan ada di tangan kamu. Saya tahu kamu berasal dari panti asuhan kecil di pinggir kota. Kamu pasti tahu jelas saya bisa melakukan apapun, kan?”
“Apa yang anda inginkan, nyonya?”
“Berhenti bertemu David. Jangan pernah mengusik hidup anak saya lagi. Jika kamu menolak, saya akan menggusur panti kesayanganmu itu dan saya pastikan kalian tidak akan pernah bisa tinggal di mana pun.”
Maka tidak akan pernah ada pilihan untuk Jisung. Ia tentu sangat mencintai Chenle, kekasihnya itu begitu memujanya. Tapi panti asuhan yang menjadi rumahnya selama dua puluh tahun ini juga sangat penting. Ada adik-adiknya yang masih kecil dan pengurus panti yang sudah tua, jisung tidak bisa membiarkan mereka kehilangan tempat tinggal yang menjadi satu-satunya harapan.
“..Saya akan melakukannya, saya akan pergi dari hidup David. Tolong jangan sentuh panti asuhan kami.”