Dompet Hilang – Chenji
Pesan terakhir yang Jisung kirim hanya mendapat tanda dibaca, Jisung tidak tahu bagaimana respon kekasihnya karena sekarang Jisung sedang berada di ruang tamu. sedangkan Chenle ada di kamar mereka. Ia sengaja keluar kamar untuk mengurangi kegugupannya saat ingin berbicara tadi, ia takut Chenle marah.
Selama hampir dua tahun lebih berpacaran dengan Chenle, Jisung menyadari bahwa Chenle bukanlah seseorang yang mudah marah, tapi memang sedikit cerewet, apa lagi terkait hal yang menyangkut dirinya.
Namun sejujurnya Jisung masih menebak-nebak bagaimana reaksi kekasihnya itu saat ini, apakah dia marah? sedih? atau kecewa? Hanya dengan membayangkannya saja Jisung rasanya ingin berlutut meminta ampun.
Lalu Jisung mendengar suara pintu terbuka, ia menunduk dan menahan napas saat kekasihnya itu duduk di sofa sebelahnya.
“Itu kartu-kartunya juga hilang?”
Walaupun nada Chenle terdengar biasa saja, namun entah kenapa membuat Jisung sangat gugup.
“Iya..” cicit Jisung.
“Ada apa aja isinya?”
“.. KTP, debit card, KTM, SIM.. black card kamu..”
Lalu kemudian hening dan hanya terdengar suara ketukan jari yang beradu pada layar handphone, entah mungkin Chenle sedang menghubungi seseorang, yang jelas Jisung masih belum berani untuk menatap Chenle, sehingga pandangannya hanya tertuju pada kaus kaki bergambar mickey mouse yang ia gunakan.
“Besok sebelum ngampus, kamu ikut sama pak Yu dulu ke studio foto.”
“Ngapain?” Jisung secara tidak sadar menatap Chenle yang juga sedang melihatnya.
“Foto buat bikin KTP dan SIM baru, sisanya biar dia yang beresin. Kamu cuma perlu foto aja.”
Jisung mengangguk dan kemudian menggeser badannya untuk mendekat ke arah Chenle.
“Mas.. Enggak marah?”
“Udah tadi di dalam, makanya aku baca doang kan pesanmu.”
“..Maafin aku ya mas.. Aku ceroboh.. Padahal itu harganya mahal banget, aku harusnya lebih hati-hati lagi..” Jisung lalu menggenggam tangan Chenle.
“Sekarang aku udah enggak marah, tapi aku kecewa. Bukan masalah harganya, itu dompet aku buat khusus untuk kamu. Aku mikirin desainnya, ngontak desainernya yang enggak mudah terima pesanan, walaupun aku ini udah jadi client ekslusif dia. Tapi kamunya sembarangan gitu.”
Jisung semakin merasa bersalah, duh andai saja dirinya lebih berhati-hati lagi pasti ia tidak akan membuat kekasihnya ini kecewa. Sejujurnya ia lebih baik dimarahi daripada seperti ini, membuatnya ingin menangis.
“M-maafin aku mas..”
Hanya helaan napas yang Jisung dengar, kemudian Jisung merasakan tangan Chenle yang mengelus kepalanya. Jisung yang sedari tadi menahan diri pun akhirnya menangis. Chenle kemudian memeluknya, menenggelamkan wajah Jisung ke dadanya.
“Iya.. udah aku maafin, udah jangan nangis.”
Alih-alih berhenti Jisung malah semakin menangis karna dipenuhi rasa bersalah. Jisung lalu memeluk Chenle erat dan berjanji untuk tidak teledor lagi.
“Iyaaa, udah berhenti dong nangisnya. Besok mau foto nanti matamu sembab.”
Maka Jisung melepas pelukan itu dan menatap Chenle,
“Usapin..” (air mataku)
Chenle terkekeh sebelum menghapus air mata kekasih manisnya itu lalu mengecup kedua matanya.
“Jangan gitu lagi yaaa. Sekarang kita bobo, yuk?”
Jisung berikan senyuman manisnya dan kemudian mengangguk.