Kucing – Jaemjen

Pemandangan kendaraan berlalu-lalang dengan suasana petang penuh pantulan cahaya matahari berwarna oranye terasa menenangkan, apa lagi ditambah dengan makan siomay pinggir jalan bersama orang yang disukai, lebih menambah kesan suasana hangat.

Itulah yang dialami Jeno saat ini, dia dan Jaemin adalah teman satu kampus. Keduanya memiliki jurusan yang berbeda, namun mereka berteman baik semenjak masa orientasi.

Mereka menjadi dekat karna keduanya merantau dari kota yang sama. Terkadang mereka sering menghabiskan waktu bersama untuk bercerita banyak hal, seperti saat ini.

“Kucingnya lucu banget, aku jadi kangen kucingku di rumah.” monolog Jeno memperhatikan kucing dari kejauhan.

“Kamu punya kucing?” tanya Jaemin.

“Iya, namanya Bongshik. udah nenek-nenek banget dia.” Jeno tersenyum mengingat kucingnya.

“Oh ya? umur berapa dia? kamu punya fotonya?” tanya Jaemin antusias, dirinya juga pecinta binatang.

“Ada!! dia umur dua belas tahun, udah tua banget kan? dari bayi aku yang ngurus. kayak tumbuh bareng dia.” jawab Jeno sambil tersenyum.

Jarak mereka yang semakin menempel membuat parfum yang digunakan Jeno tercium oleh Jaemin. saat Jeno sedang fokus dengan handphonenya Jaemin menoleh sedikit untuk memperhatikan wajah manis Jeno dari samping sambil berkata pelan.

“Aku juga ingin menua bareng kamu.”

Lalu mereka bertatapan, Jeno dengan wajah terkejutnya dan Jaemin dengan tatapan seriusnya. Jeno menutup mata ketika melihat Jaemin memperhatikan bibirnya, sedikit lagi bibir mereka akan bertemu.

“Misi mas.. piringnya udah?”

Buru-buru mereka menjauhkan diri dari masing-masing.

“U-udah, Pak.” itu Jaemin yang menjawab dan memberikan piringnya sambil membayar siomay mereka. Saat Jaemin membalikkan badan untuk menatap Jeno yang berwajah semerah tomat, mereka hanya saling tertawa pelan mengingat kejadian memalukan tadi.