Please

Mungkin sudah ada hampir sepuluh-sebelas kali helaan napas yang dia hembuskan selama dua puluh menit kurang. Tangannya yang digenggam sudah sedikit basah karena keringat, tapi laki-laki satunya tidak juga melepaskannya.

“Jisuuung, udah dong aku nanti telaaaat.” Dia merengek hampir menangis, karena genggaman tangannya tidak juga dilepas.

“Gak mau, aku lagi sakit loh. Masa kamu mau hang out sih? Tega banget jadi pacar.”

Kata Jisung dengan pipinya yang sengaja digembungkan, Chenle suka sekali jika Jisung melakukannya, katanya Jisung tiga ratus persen terlihat menggemaskan. Tapi tidak untuk kali ini, ia sudah memiliki janji minum-minum asik bersama teman semasa SMAnya. Jisung juga sudah memberikan izin, tapi karena beberapa hari lalu Jisungnya sempat sakit jadi dia menggunakan alasan agar Chenle batal pergi. Padahal Chenle tau jelas, Jisung sudah sehat kok! Kan dia yang selama ini mengurusnya. Huh dasar drama king.

“Kamu udah sehat, tadi pagi bangun tidur aja udah langsung main PS tuh. Tandanya kamu udah sehat! Lepasin dooong, pleaseee.”

“Yauda, tapi aku ikut.”

“Ih gak mau! gak seru kalau ada kamu, gak bisa gibah.”

“Enggak, aku kan bakalan diem aja. Please?”

“Jisung enggak ya, aku hampir seminggu nempelin kamu terus loh.”

“Yauda iya iya.. Tapi jangan minum?”

“IH! enggak bisa lah. Gak asik gibah gak minum tuh.”

Kemudian muka jisung berubah jadi datar, sungguh dia tidak suka Chenle minum alkohol jika dirinya tidak menemani sebab Chenle yang mabuk adalah hal yang berbahaya, karena Chenle akan sangat menggemaskan!!

Chenle yang tidak ingin kekasihnya marah pun segera berbicara dengan lembut.

“Aku bakal minum sedikiiit aja. enggak ada sebotol, janji.”

Lalu mereka saling tatap untuk saling meyakini masing-masing, jisung dapat melihat mata chenle yang berbinar cantik dan memancarkan kejujuran.

“Iya deh, nanti pulangnya telpon biar jemput, ya?” lalu Jisung melepaskan genggamannya dengan tidak rela.

“Hehe, oke ganteng! Byeee.” Lalu dia kecup bibir kekasihnya dan pergi terburu-buru dengan senyum sumringah sebelum Jisung berubah pikiran.