Sarapan Pagi Yang Tidak Nyaman – Jaemjen

Keadaan mobil yang hening dengan suara musik jazz tipis-tipis membuat Jeno mengantuk, sekarang dia bersama head projectnyaㅡJaemin sedang dalam perjalanan menuju Gwangju dari Seoul untuk mempersiapkan launching produk terbaru dari perusahaan mereka dan Jeno diminta untuk menjadi asisten Jaemin pada project kali ini.

Sebelumnya mereka sudah berdiskusi ingin menggunakan transportasi apa untuk pergi nanti, Jaemin bilang dia tidak keberatan mengemudi, agar nanti di tempat tuju lebih fleksibel jika ada tempat yang ingin mereka kunjungi. Jeno juga setuju, toh mereka sama-sama bisa menyetir sehingga nanti mungkin bisa bergantian jika Jaemin lelah.

Kantor mereka sebenarnya sudah meminjamkan mobil namun Jaemin bilang dia lebih nyaman menyetir dalam waktu lama menggunakan Mazda CX-3 nya. Maka dari itulah playlist musik yang ada merupakan genre favorit Jaemin.

Jaemin dan Jeno adalah teman satu divisi yang sudah bekerja sama kurang lebih dua setengah tahun di perusahaan startup yang sudah berdiri semenjak dua belas tahun lalu, masih terhitung baru namun semua rekan kerjanya memiliki hubungan yang baik, karena usia tiap anggotanya juga tidak terpaut terlalu jauh. Seperti mereka misalnya, Jeno memang lebih tua satu tahun dari Jaemin namun pengalaman Jaemin jauh lebih banyak darinya. Jaemin yang sempat studi di Amerika membuat kemampuannya lebih mahir, sehingga sering dipercaya oleh perusahaan untuk memimpin suatu project.

Jaemin merupakan pribadi yang baik, ia berkompeten dalam pekerjaannya dan tentu saja bisa diandalkan dalam tim namun juga dapat menjadi teman yang asik. Tim mereka terkadang sering mengadakan party atau sekedar minum-minum santai di Bar setelah pekerjaan selesai, membuat hubungan mereka semakin akrab. Terutama Jaemin dan Jeno yang bisa dibilang anggota termuda di timnya sehingga mereka memiliki frekuensi yang sama. Kalau kebetulan sedang berdua saja mereka juga biasanya akan bersikap santai, seperti kali ini.

“Kalau ngantuk tidur aja, Jen.”

“Asli, playlist lo kalem banget deh.”

“Ganti aja kalau mau, connect bluetooth ke spotify lu.”

“Gapapa nih?”

“Yailah pake nanya segala, anggap aja ini gua supir lagi nyetirin bosnya dah.”

“Eh jangan gitu dong Paaak, kan jadi enak gue.”

“Taik.”

“Hahahahaha.”

***

Setelah sampai di tempat tujuan mereka langsung melanjutkan pekerjaan dengan cukup hectic, salah satunya melakukan brainstorming terkait konsep untuk launching produk mendatang. Lalu setelahnya datang ke hotel untuk istirahat, Jeno sengaja hanya memesan satu kamar karna mereka hanya akan menginap satu malam saja dan Jaemin tidak keberatan dengan itu.

Sesaat setelah masuk ke kamar Jaemin membaringkan badan di sofa sedangkan Jeno izin mandi karna seharian bekerja membuat badannya gerah.

“Lo nggak mandi Jaem?”

“Nanti aja.”

Jeno lalu mengangguk dan duduk di sofa sebelah Jaemin yang sekarang sedang membuka macbooknya.

“Laper nggak?” Tanya Jaemin tanpa mengalihkan pandangan dari layar gadgetnya.

“Enggak sih, tadi kan kita udah makan.”

“Iya sih, tapi gua kayak laper lagi deh.”

“Lo pesen room service aja.”

“Males ah kalo makan sendiri.”

“Ya ampun, kan gue nya di sini juga, nanti gue liatin dah tuh makanan lo sampe ludes.”

“Kalo lu nya aja yang gua makan sampe ludes, gimana?”

Jeno lalu menatap Jaemin untuk beberapa menit, menimang-nimang apakah ia terima ajakan tersirat itu.

“Lo bawa kondom kan?”

***

Bibir mereka lalu saling memagut, kecupan ringan yang dimulai lebih dulu oleh Jeno sekarang sudah menjadi lumatan dalam. Saling menggigit bibir bagian bawah lalu mengadu lidah dengan lincah. Keduanya larut dalam ciuman panas. Tangan Jaemin masuk ke dalam kaus Jeno dan sedetik kemudian berhasil melepaskannya dari badan atletis Jeno. Jaemin membaringkan tubuh Jeno dengan perlahan tanpa memutus pagutan mereka, lalu melepaskan celana kain dengan satu tangannya sembari mengelus paha dalam Jeno. Mereka tidak minum alkohol, namun sudah mabuk dalam buai dan pergumulan pun dimulai..

Paginya Jeno merasa tidak bertenaga, bersetubuh dengan Jaemin selalu menjadi kegiatan terlelah namun juga menjadi olahraga favoritnya. Awalnya mereka melakukannya dalam pengaruh alkohol yang mereka minum ketika farewell party seniornya waktu itu, namun ternyata permainan Jaemin yang lihai membuat Jeno candu. Setelah beberapa kali melakukannya, mereka akhirnya sepakat untuk menjadi friends with benefit.

Dan kegiatan itu sudah berlangsung selama hampir empat bulan, mereka tidak melakukannya setiap hari namun selalu rutin minimal satu kali tiap minggunya, biasanya akan mereka lakukan ketika sama-sama sedang merasa nafsu atau ketika mereka telah berhasil menyelesaikan pekerjaan yang cukup repot untuk menghadiahi kerja keras masing-masing.

Entah berapa kondom yang Jaemin gunakan semalam yang jelas Jeno melihat lubricant yang Jaemin bawa dalam keadaan baru kemarin sudah tinggal setengah lagi.

Jeno selalu suka ketika Jaemin mendominasinya, penis Jaemin seakan penuh di dalamnya dan membuat dia serasa di surga, nikmat tiada tara. Jaemin juga merupakan teman seks yang baik, karena dia akan merawat Jeno dan membersihkan tubuhnya ketika dia sendiri terlalu kelelahan.

“Hei, good morning. Aku pesen room service tadi, udah telat banget kalau sarapan di bawah. Mau disuapin?”

Jeno menggeleng dan Jaemin mengangguk, kemudian meletakkan meja kecil di atas kasur dan menyiapkan makanannya agar Jeno bisa sarapan dengan nyaman.

“Kamu masih capek nggak? Mau extend semalem lagi biar bisa bobo dulu? Nanti aku yang izin.”

“Enggak usah, malem ada janji jalan sama temen.”

“Oke deh, sarapan gih. Aku beresin barang-barang dulu.”

Jeno sebenarnya tidak punya janji apa pun, ia hanya merasa harus cepat-cepat berpisah dengan Jaemin sebelum perasaan yang terlarang itu timbul. Ah.. sarapan pagi yang tidak nyaman.