Emergency Contact – Chenji
Jisung berlari turun begitu ia membayar taksi yang mengantarnya ke rumah sakit, lima belas menit yang lalu ada telepon masuk yang berasal dari rumah sakit, menginformasi bahwa seseorang pingsan dan dilarikan ke IGD. Pihak rumah sakit menghubunginya sebab ia merupakan kontak darurat seseorang tersebut.
Setelah bertanya kepada resepsionis, Jisung masuk ke sebuah instalasi gawat darurat untuk memeriksa keadaan seseorang tersebut, ia menemukan seseorang itu sedang duduk di pinggir kasur dengan tangan yang diinfus. Wajah seseorang itu pucat dan tirus, pasti karena kelelahan bekerja.
“Jisung? Kamu kok di sini?”
“Kamu kenapa bisa pingsan, Mas?”
Tangan Jisung tanpa sadar merapikan dasi dan kerah baju seseorang tersebut yang miring.
“Cuma kurang tidur. Kamu belum jawab pertanyaanku.”
“Kamu bukan cuma kurang tidur, tapi pasti karena terlalu overworked, Mas. I told you kan, don’t push yourself too much. Percaya sama kemampuan teman kerjamu, minta bantuan mereka kalau terlalu banyak yang kamu handle. Makanmu juga lho ma-“
“Jisung.”
Seseorang itu menggenggam tangan Jisung yang masih memegang dasinya dengan gemetar, lalu menyingkirkannya dengan lembut karena ada seseorang lain yang memperhatikan.
“Aku okay. Sorry. You don’t have to worry.”
Jisung menarik tangannya canggung, melirik seseorang lain yang bernama Jeno itu sekilas untuk kemudian menyadari bahwa dirinya sudah kelewat batas.
“Maaf Mas, aku dapet telpon dari RS karena emergency contact kamu masih aku. Maaf juga kak Jeno, aku panik banget tadi sampe nggak lihat ada kakak.”
Seseorang yang bernama Jeno itu hanya tersenyum ramah seraya berucap,
“Iya enggak apa-apa. Mas chenle baik-baik aja kok, Ji. Dia memang lagi kurang tidur akhir-akhir ini karena kerjaannya dan …jagain aku juga sih sebenernya. Tiap malam aku mual terus dan sering demam mungkin efek dari kandunganku. Maaf ya, kita buat kamu panik.”
Jisung melirik perut Jeno yang tertutup dibalik jas hitamnya. Lalu kemudian tersenyum sungkan saat menyadari, seharusnya dia tidak pernah ada di sini. Pun Jisung tidak ingin berlama-lama ada di situasi ini, terlalu menyesakkan baginya.
“Syukurlah kalau memang nggak serius. Kamu jangan sakit, Mas. Biar bisa jagain kak Jeno terus. Kak Jeno dan ..bayinya juga sehat-sehat ya. Kalau gitu pamit dulu Mas, Kak, masih ada kerjaan di kantor.. Permisi.”