paranhaneui

usia muda, cantik, dan sukses menjadi nomor satu di dunia hiburan adalah mimpi dari setiap insan yang bekerja dalam dunia entertainment. namun mendapatkan itu semua tidak semudah membalikkan telapak tangan, ada keringat, darah juga air mata yang harus dikorbankan. beruntungnya jeno, ia hanya harus rela mengeluarkan keringat dan air mata.. kenikmatan.

“hhh~ p-pak, enak banget ahh!”

“shit..”

jeno selalu menangis ketika analnya digempur hebat oleh jaeminㅡceo muda sekaligus laki-laki yang terobsesi dengannya. layak sepasang kekasih, badan mereka menyatu dengan bibir saling adu. jeno mengalungkan lengannya di leher sang pria, merelakan dirinya dicumbu penuh ambisi. lalu ketika napasnya mulai habis, jaemin melepas pagutan untuk menjilati leher jenjang jeno yang mulus. yang cantik memeluk kepala jaemin erat saat putingnya digigit nakal.

“mmh, saya kangen nyusu sama kamu.”

“malam ini ssh saya punya bapak.. ahh.”

jaemin meremas pinggang jeno untuk menggempur kembali penis besarnya ke dalam anal sempit si manis. ini bukan kali pertama jaemin berhubungan badan, namun jaemin merasa lubang jeno diciptakan untuknya. dia dapat melakukan apapun untuk menjadikan jeno nomor satu, dengan syarat yang boleh memiliki tubuh indah jeno hanyalah ia seorang.

“kamu cuma punya saya.”

jeno mengangguk setuju dan menggerakkan pinggulnya sengaja untuk merasakan kenikmatan.

dan malam panas itu mereka lewati dengan nafsu membara.

dua kaum adam bergelung hangat saling memeluk satu sama lain di kasur dengan cahaya temaram dari layar projektor. mereka sedang menonton salah satu film dimana salah satu tokoh depresi ditinggalkan oleh kekasih. mereka seperti terhipnotis dan terkejut, karena dalam cerita pasangan tersebut sudah bersama sejak lama.

jeno yang bersandar nyaman di dada jaemin menggenggam jemari jaemin yang melingkar di perutnya, kisahnya hampir serupa dengan apa yang dialami oleh kekasihnya dulu sebelum mereka bersama.

“jaem?”

“hm..”

jaemin mengecup pucuk rambut jeno sambil mengusap jemari jeno lembut.

“how do you feel?”

“kenapa sayang?”

“alur ceritanya..”

jaemin terkekeh sebelum memeluk jeno lebih erat dan menyamankan posisi mereka.

“i’m okay, i told you, it’s already seven years ago.”

“do you miss him?”

“sometimes..”

jeno tahu jelas bagaimana kisah percintaan kekasihnya dulu, jeno pun sudah percaya bahwa jaemin sudah selesai dengan masa lalunya. namun dia pun paham.. tidak pernah mudah untuk benar-benar mengikhlaskan kepergian orang terkasih. jaemin pernah berhubungan dengan mantan kekasihnya selama empat tahun, mereka bahkan sudah bertunangan secara tertutup. namun semesta berkata lain, sebulan sebelum acara pernikahan mantan kekasih jaemin meninggal karena kecelakaan tunggal.

jaemin depresi, dan jeno hadir membawa terang. butuh waktu yang tidak sebentar untuk jeno berusaha meyakinkan jaemin bahwa kekasihnya berhak untuk bahagia. jeno mengenal jaemin karena mereka berada di satu perusahaan dengan beda divisi, jeno berusaha selama hampir satu tahun, dan dia tidak pernah menyesalinya.

“empat tahun bukan waktu sebentar, dia yang lebih tua dari aku banyak sekali mengajarkan tentang kehidupan. aku mengenal cinta yang tulus juga karena dia. aku bersyukur, karena akhirnya aku bertemu kamu. kamu yang berusaha dan mencintai aku sepenuh jiwa. aku nggak mau menyesal lagi, dia masa lalu aku. tapi masa depanku sama kamu. i love you, lee jeno.”

jeno menengadah mengikuti gerakan tangan jaemin yang menuntutnya ke ciuman yang lembut penuh cinta. jaemin mungkin belum sepenuhnya lepas dari masa lalu, tapi jeno percaya bahwa bersama jaemin adalah bahagia di masa depan.


mungkin dunia sedang tersenyum puas bahkan tertawa sarkas atau sadis, ketika melihat dua insan saling menatap melalui lensa kamera penuh miris.

berlagak kuat tegak ketika hati saling tergelak sebab rindu tak terelak, mereka bertemu lagi..

cerita yang belum usai, hati yang saling menyiksai sebab cinta belum sepenuhnya buai, rindu membelenggu..

dua.. hampir tiga tahun tidak lagi saling sapa ditemukan oleh lelucon penuh jenaka yang disebut takdir. menangis pun sulit apalagi tertawa. kadang terheran dengan cara kerja dunia, mereka sudah berusaha menjadi umat taat tanpa iman, namun seakan cobaan dan cercaan adalah jalan.

kalau dunia mau baik barang sedetik, mungkin jaemin sudah melempar sembarang kamera puluh jutanya untuk kemudian mencium rindu sang terkasih atau bahkan mark akan menangis tersedu mengadu rindu dan mereka akan menghabiskan malam syahdu. tapi itu kalau dunia baik barang sedetik.

namun nyatanya setelah seseorang berteriak “cut!” dan lensa berkilo-kilo diambil paksa jaemin kehilangan kesempatan untuk memandang sang ia.

tidak layak, tidak boleh, tidak lagi.

mark membungkuk tanda terima kasih telah bekerja dengan baik juga waras, karena sampai dunia benar-benar akan berakhir pun, mereka tidak akan pernah lagi memiliki kesempatan untuk satu.

bukan kali pertama kekasih hatinya menghilang tanpa pesan, tak ada jawaban tak beri harapan. jika demikian jeno hanya bisa pasrah menunggu kabar sembari sabar. walau hati cemas dengan wajah pias, jeno tetap berdoa semoga jaemin tetap waras.

empat hari berlalu semenjak sang jaka hilang jejak, jeno sudah mencoba menghubungi keluarga, rekan kerja, teman dekat bahkan sang pemilik kos dimana jaemin tinggal, namun semua menjawab,

“kurang tau mas, mungkin lagi naik gunung.”

dan lelaki manis itu pun tersadar, bahwa yang paham tabiat si sayang hanyalah dirinya. jaemin bukan sedang berlibur menghibur diri dengan mendaki gunung, tapi lelaki itu sedang melaut berharap tenggelam dan hilang dari runyam nya dunia.

saat jeno sedang menatap kosong layar tivi telepon genggamnya berdering dengan nama “sayang” sebagai penelpon, secepat kilat jeno geser ke tombol hijau, ragu jaemin berubah pikiran.

“halo.. kamu lagi dimana?”

“disini.”

“disini dimana.. jaemin?”

“ada.”

“ada dimana?”

“jeno.”

“..”

“aku capek.”

“iya..istirahat disini, sama aku.”

“kita putus aja.”

matanya yang sudah merah tak kuat menggenang air mata, watirnya berujung kenyataan.

“enggak putus jaem.. kamu bisa cerita sama aku. kita cari solusi sama-sama, enggak lari begini.”

“aku capek sama semuanya, aku nggak bisa, mau bebas sementara.”

“aku tunggu, aku bisa nunggu, aku diem aja. nggak akan nuntut.”

“aku nggak mau punya beban seperti janji. aku nggak bisa janji.”

sambungan terputus karena telepon genggam jeno yang lemah daya, begitu juga hubungan mereka yang membuat tak berdaya.


empat bulan semenjak terakhir mereka bertemu, semuanya kembali normal seperti semula, lebih tepatnya jaemin kembali menjadi jaemin yang punya segudang canda untuk membuat semua orang tertawa dan nyaman karena senyum manisnya. jeno tidak menyangka di acara perayaan sederhana seniornya yang naik jabatan, dia akan melihat sang mantan kekasih. tidak sengaja mata mereka bertatap, jeno kikuk sebab jaemin menyapa lembut dirinya,

“udah dari tadi?”

jeno hanya mengangguk tipis sembari tetap memperhatikan jaemin. lelaki senyum lebar itu memang datang sangat terlambat, bahkan acara hampir selesai.

“ada yang masih mau lanjut?” tanya senior pemilik acara. beberapa menjawab iya namun tidak dengan jeno,

“maaf bang, saya besok ada shift pagi.”

“saya mau nganter yang besok shift pagi, bang.”

jenaka jaemin disambut dengan kekehan dari yang lebih tua.

“yaudah, hati-hati kalian.”

“siap bang!”

jeno hanya memperhatikan jaemin yang mengantar seniornya sampai ke taksi sambil berusaha menenangkan degupan jantung kebingungan.

“aku antar ya?”

“kalau nggak mau?”

“aku ikuti sampai rumah.”

“serem.”

jaemin senyum tipis sambil berjalan meninggalkan jeno untuk mengambil motornya. setelah diam setengah perjalanan, di lampu merah terakhir arah tuju rumah jeno, jaemin kemudian berbicara.

“laper nggak?”

“..laper.”

“mau bubur?

“boleh.” yang penting bisa ngobrol lebih lama.

“bang dua ya, satu komplit satu nggak pakai daun bawang.”

jaemin tarik kursi duduk di seberang jeno.

“masih nggak suka daun bawang kan?”

“memang bisa tiba-tiba suka?”

“bisa, kalau jadi tertarik.”

“aku nggak mudah ganti ganti.”

“..liat kucingnya mirip si bimbon.” kucing jeno yang paling tua.

jaemin juga tidak banyak berubah, masih jadi jaemin yang suka menyapa kucing lalu berbagi sedikit makanannya, begitu juga dengan jeno yang masih terus mengagumi jaemin.

“udah malem, nginep aja?”

“kamu izinin?”

“kan aku yang nawarin.”

“iya, aku nginep.”

“gih parkir aja di dalem, parkirnya nyerong biar nggak halangin jalan.”

“aku masih hapal, kamu ke atas duluan gih. mau ngerokok.”

“di atas aja.”

“nanti kamu batuk-batuk, disini aja, sepuluh menit.”

jeno mengangguk tanda setuju, jaemin masih ingat jeno tidak tahan asap rokok.

“aku duluan.”

“aku nyusul.”

saat jaemin selesai habis beberapa batang dia semprot minyak wangi sebelum naik lalu mengetuk pelan pintu yang setengah ditutup.

“masuk.”

“aku udah pake parfum tadi.”

“mau ganti baju juga bisa, baju kamu masih ada yang ketinggalan.”

“nggak usah, ini aja.”

jeno mengangguk lalu masuk ke kamar mandi, jaemin diam memperhatikan ruangan yang tidak asing, ruangan yang hampir setiap hari ia tinggali layaknya rumah pribadi beberapa bulan lalu. putih, bersih, dengan meja di sudut yang terpajang beberapa bingkai foto dua orang laki-laki tersenyum manis, dirinya dan jeno.

“aku di sofa aja.”

“disini aja, masih muat.”

jeno menepuk singkat sisi kirinya yang kosong dan bernapas lega saat jaemin tidak menolak tawarannya. keduanya terhening dalam balutan selimut yang sama, bahu yang bersentuhan tipis-tipis memberikan perasaan nyaman.

“kamu masih baik.”

“aku masih sayang.”

“walaupun akunya jahat?”

“kamu nggak jahat.”

“aku ninggalin kamu.”

“kamu punya alasan.”

“kamu nggak marah?”

“nggak.”

“tapi?”

“tapi kecewa..”

“..”

“aku kecewa sama diri aku, belum jadi pasangan yang baik sampai kamu memilih lalui sendiri.”

jaemin menatap mata jeno yang meneteskan air mata, dalam hati rapal kata maaf sebab telah menyakiti.

“maaf.. aku payah minta tolong.”

“jangan pergi lagi, kamu punya aku.”

“aku sayang kamu, no.”

jeno bergerak untuk menenggelamkan wajahnya di dada bidang jaemin, memeluk erat pinggangnya seakan tak beri izin untuk kembali pergi.

“aku juga sayang kamu, jaem. selalu sayang.”

jaemin kecup berkali-kali pucuk rambut kekasihnya sambil ia balas peluk eratnya.

“aku masih nggak bisa janji. tapi aku usaha untuk nggak buat kamu sakit lagi.”

“nggak buat diri kamu sakit juga, dengan cara minta tolong.”

“iya, aku usaha untuk nggak lagi menghindar.”

“jaemin nggak sendiri, jeno menemani.”

“terimakasih, sayang.”

jaemin mulai sadar, tidak ada salahnya meraih uluran tangan dan minta diselamatkan.


jeno menyiratkan tatapan sendu dengan air mata menggenang siap menetes, yang ditatap hanya memejamkan mata lembut dan membuka lagi untuk kemudian tersenyum tipis memberi sinyal “aku okay..”

namun bukannya berkurang rasa khawatir, wajah yang sudah gelap itu pun semakin suram dengan bibir yang melengkung ke bawah.

jaemin sakit. jeno ingin menangis.

sekitar dua puluh menit lalu jaemin mengirim pesan singkat yang mampu menggerakan badan jeno tegak untuk segera menyelesaikan rutinitas pacaran-bersama-kasur-seharian nya.

pesan yang berisi satu baris kalimat,

“ayang, aku kayaknya mau sakit.”

membuat jeno ketar-ketir, mematikan laptop yang sedang menayangkan serial favoritnya untuk segera bergegas menjadi pacar siaga. sebab jeno tidak ingin jaemin sendirian ketika kondisi tubuhnya sedang drop, jeno khawatir jaemin kesepian karena jaemin adalah perantau yang sedang berjuang hidup mandiri jauh dari orang tua pun keluarga.

sehingga di sinilah jeno, di atas kasur jaemin saling berbagi selimut dan pelukan hangatㅡjeno memeluk jaemin erat menghantarkan kehangatan. jeno berharap jika dalam kungkungannya, tidur jaemin akan lebih nyaman malam ini.

namun ketika jaemin berusaha tidur dengan memejamkan mata, laki-laki itu merasa terus diperhatikan oleh kekasih manisnya. maka dari itu dengan jarak wajah yang hanya beberapa sentimeter, jaemin memberi tanda bahwa dirinya baik-baik saja.

“aku yang sakit, kok kamu yang nangis?”

jeno peluk kepala jaemin lembut menenggelamkan wajah kekasih tampannya itu ke lehernya, sambil mengelus kepala belakang kekasih sakitnya dengan halus.

“o-orang sakit nggak boleh ngomong. bobo!”

“aku nggak apa-apa.. cuma kurang tidㅡ”

“nina bobo.. ooo nina bobo.. kalau tidak bobo aku gigit kamuuu.”

jaemin hanya tersenyum singkat, badannya lemas, kepalanya pusing dan tenggorokannya sakit sehingga dia tidak bisa bereaksi banyak. sejujurnya beberapa menit sebelum mengirimkan pesan singkat itu, jaemin ragu-ragu, apakah dirinya harus lapor kepada sang kekasih, karena jaemin tidak ingin jeno khawatir.

terlebih jaemin hafal betul, jeno tidak suka ketika orang tersayangnya sakit, kekasih manisnya itu pasti akan menangis.

namun karena stok obat-obatannya habis dan dia rindu manisnya, akhirnya jaemin memutuskan untuk memberitahu jeno. karena jika jeno tau faktanya ketika kondisinya semakin memburuk, kekasihnya pasti akan menyalahkan diri sendiri dan berakhir menangis berjam-jam..

jaemin memeluk erat jeno dan menempelkan hidungnya pada leher kekasihnya yang wangi, memposisikan diri dengan nyaman untuk mencoba tidur walau kepalanya tidak bisa diajak kompromi dan jeno dengan suara lembutnya menggumamkan lagu nina bobo sambil mengelus punggung jaemin memberikan kenyamanan.

“aku sayang jeno..”

“jeno sayang banyak banyak sama jaemin, bobo ya sayang.. nggak boleh sakit, aku sedih.. aku peluk sampai pagi pokoknya. cepet sembuh, ganteng..”

inspired by taylor swift – don’t you. please loop the song while reading this fic. thank you


mungkin seharusnya jeno tidak belok kiri melainkan belok kanan menuju persimpangan, agar dirinya tidak melalui toko roti favoritnya dan berakhir berhenti memilih beberapa keping untuk dibawa pulang sebagai teman kegiatan membaca banyak referensi untuk tesisnya nanti.

karena sekali lagi, bahkan mungkin jeno seharusnya tidak menutup laptopnya dan meninggalkan paragraf yang belum sama sekali rampung, untuk sekedar mencari angin dan menghirup udara segar agar otaknya tidak runyam.

karena ketika jeno menerima kembalian uangnya dari sang bibi pemilik toko roti, jeno merasa keputusannya kali ini sangatㅡsangat salah.

“jeno? hei. nggak nyangka kita bakal ketemu disini. masih ingat aku kan, jen?”

sambil senyum polos lelaki di seberang jeno menampilkan kegirangan sebab sebuah kebetulan. jeno pucat pasi, menatap horor dan kemudian bergegas balik badan untuk berlari kencang tanpa menabrak sesuatu apa pun di depanㅡharapnya.

hanya pucat pasi dan senyum basa-basi yang terukir asri.

“h-hai, jaem. tentu aku masih ingat. you’re here?”

“senang kamu masih ingat aku. ya, aku disini sekarang, tinggal di apartemen seberang sana. kamu apa kabar jeno? you are always looking.. great.”

“oh.. sejak.. kapan kamu kembali?”

“mungkin tiga minggu lalu? perusahaan tempat aku bekerja membuka cabang baru disini, sebab itu mereka tugaskan aku untuk menjadi penanggung jawab dan ya.. here i am.”

jeno mengangguk kaku, kepalanya berat, kakinya lemas, perutnya mulas, dan hatinya kolaps.

“sudah berapa lama ya kita tidak bertemu? aku rindu kamu, jeno.”

jeno meneguk ludah, kerongkongannya mendadak kering. jemarinya menggenggam erat kantong plastik berisi roti yang mungkin tidak lagi hangat itu diakibatkan cuaca dingin dan hati yang dingin pula, sehabis mendengar kalimat aku rindu begitu mudah keluar dari mulut seorang laki-laki yang dulu sering menimpa bibirnya bungkam dengan kecupan hangat.

“dua tahun? sepertinya dua tahun. bagaimana studimu di kanada. berjalan dengan baik?”

“ya. semuanya berjalan dengan baik. selama berkuliah juga aku bekerja di salah satu perusahaan.”

“glad to hear that, aku ikut senang mendengarnya. omong-omong kamu apa kabar?”

“aku selalu baik. oh ya, kalau kamu tidak keberatan berkenan mampir?”

“mampir?”

“iya, mark sedang bereksperimen membuat cupcake. namun beberapa bahannya habis sehingga aku harus membelinya. mungkin kamu ingin mencobanya, kamu masih suka yang manis-manis kan?”

ah ya. jeno lupa akan satu hal. selain jaemin yang sudah menyelesaikan double degree di kanada dan kembali tiba-tiba tanpa kabar ke korea. jeno pun lupa bahwa jaemin sudah bertunangan dengan seseorang bernama mark, jeno seharusnya tidak pernah melupakan fakta itu. karena jeno pernah sempat melihat postingan instagram jaemin yang mengecup bibir mark dengan caption “he said yes, fiance.”

mungkin bagi jaemin, kandasnya hubungan mereka dua tahun lalu tidak berarti apa-apa. mungkin juga bagi jaemin, mereka berpisah secara baik-baik sehingga jaemin bisa dengan santainya menyapa jeno setelah dua tahun hanya saling mengetahui kabar dari postingan sosial media. namun tidak pernah sekali jeno merasa perpisahan mereka sepele, jeno memang yang memaksa jaemin untuk mengambil tawaran scholarship double degree ke kanada. untuk mengejar mimpi, untuk masa depan yang lebih baik.

“aku nggak mau yang, aku nggak mampu jauh dari kamu. hubungan kita gimana?”

“jaemin, everything will be okay. hubungan kita tetap berlanjut. cuma masalah jarak. it’s okay.”

“dua tahun, jeno. dua tahun kita nggak akan bisa bertemu.”

“jaemin masa depan kamu itu penting! ini salah satu cara untuk meraih mimpi kamu!”

“mimpi aku itu kamu! selalu ada di dekat kamu, melindungi kamu dan hidup bahagia sama kamu. itu mimpi aku, jen.”

“jaemin.. please? kesempatan kayak gini nggak datang dua kali. ambil, ya? ini peluang besar untuk karir kamu.”

“aku nggak bisa ldr, jen.”

“kita coba dulu.”

betapa naifnya jeno berpikir itu memanglah jalan terbaik dan sebagai kekasih yang baik pula, jeno harus mendukung jaemin, kan? namun dua bulan setelah mereka berhubungan jarak jauh. jaemin menelponnya setengah mabuk sambil mengatakan.

“jeno.. aku nggak bisa. aku nggak mampu jauh dari kamu. ini terlalu menyiksa, aku butuh kamu disini. aku butuh seseorang untuk aku genggam. kamu terlalu jauh, aku nggak punya harapan.”

lalu keesokan paginya hubungan mereka merenggang dan selesai tanpa ada gamblangnya penyelesaian. dua tahun berlalu, jaemin bahagia dengan kekasih barunya sedang jeno berusaha bahagia ditinggal cintanya.

“ah terimakasih, tapi maaf aku hari ini ada janji temu dengan kawan. mungkin lain kali?”

“oh ya-ya, nggak masalah. ini memang pertemuan kebetulan. maaf menyita waktumu, aku harap lain hari kita bisa mengobrol lebih banyak. senang bertemu dengan kamu lagi, jeno.”

“terimakasih, jaemin. sampaikan salamku pada mark. aku duluan ya? harus bersiap-siap dulu.”

“iya, sampai jumpa, jen.”

jeno lambaikan tangan singkat kemudian berbalik badan, berjalan hati-hati sebab salju putih yang jika salah injak bisa membuat tergelincir. hati-hati pula jeno menata hati, tidak.. jangan sekarang.. jangan menangis sekarang, kamu harus berjalan tiga menit lagi lalu selimut tebal siap memeluk ragamu, jeno.

cw // mcd , angst


“hei kak, how are you feeling today?”

jeno bertanya sembari mencetak senyum indah saat kekasihnyaㅡjohnny, terbangun dari tidur siangnya yang singkat.

“great, i feel energetic.”

jeno terkekeh lembut sambil menggenggam tangan kaku johnny dan menempelkan pada pipinya sendiriㅡmenghangatkan tangan yang tidak pernah bebas dari selang infus.

selalu baik, selalu hebat. selalu tidak pernah lepas senyum.

batin jeno dalam hati, ketika mendengar jawab kekasihnya yang terbujur lemas di kasur rumah sakit berseprai putih itu. johnny selalu kuat, walaupun kanker stadium akhir sudah menggerogoti tubuhnya yang kekar-bugar dan membuatnya rapuh layak kaca, namun johnny sekalipun tidak pernah mengucap lelah, laki-laki nya selalu berusaha merasa baikㅡwalau tidak demikian.

“jen..”

“iya?”

“saya ingin ke taman, ingin lihat oranye matahari terbenam.”

jeno mendesah risau, johnny sudah tahu bahwa dirinya dilarang keluar kamar semenjak kondisinya yang semakin menurun. dokter khawatir sedikit pergerakan juga angin sore dapat membuat johnny kelelahan.

sebab itu rutinitas johnny dan jeno berbagi cerita sambil saling memeluk di taman rumah sakit setiap sore hari, tidak lagi dapat dilakukan terhitung dari dua minggu lalu. jeno mengerti kekasihnya mungkin bosan, namun jeno pun tidak bisa berbuat banyak, ia mengkhawatirkan kondisi kekasihnya.

“kakㅡ”

“please? sekali ini saja. saya janji tidak akan merengek lagi setelahnya.”

“..tapi dokter Kim tidak mengizinkan, kak.”

“sayang, please?”

johnny bukan laki-laki yang gemar mengungkapkan rasa apa lagi frasa cinta, dia laki-laki kaku yang punya prinsip tegas dalam hidupnya. walaupun demikian, jeno tetap mencintai johnny sebab kekasihnya adalah penggambaran dari aksi lebih baik dari kata. maka ketika johnny sudah memohon dengan memanggil sayang, jeno paham johnny sudah putus asa.

“okay, aku akan coba tanya dulu ke suster aria, ya?”

johnny jawab dengan anggukan dan senyum terima kasih, sebelum jeno keluar dari kamar pucat itu. lalu jeno kembali dengan senyum lebar dan mata berbinar yang juga dibalas serupa oleh johnny.

maka disinilah mereka, di taman rumah sakit yang tenang sambil saling merangkulㅡjeno merangkul johnny yang ringkih. johnny menyandarkan kepalanya pada bahu jeno sambil tangan mereka saing menggenggam.

“jeno..”

“ya..?”

johnny mengelus jemari indah jeno dengan jemarinya yang lemah, jeno balas dengan mengecup pucuk rambut johnny berulang kali.

“kamu masih punya mimpi menikah dengan saya?”

jeno terdiam tanpa jawab menahan tangis. jeno takutㅡtakut akan hari esok.

“selalu. aku selalu ingin menikah dengan kakak dan kita akan menikah kak, pasti.”

jeno merasakan johnny semakin menenggelamkan wajah di ceruk lehernya dan sesekali mengecup leher jenjangnya. jeno menitikkan air mata dalam diam saat johnny berbicara dengan suaranya yang tipis.

“saya juga.. saya juga selalu ingin menikah dengan kamu.”

namun itu hanyalah mimpi dan tidak semua mimpi akan terwujud.

begitu juga dengan mimpi johnny yang akan menang melawan kankernya.

cw // mpreg , jaemjen slight dongmark


jeno cinta kopi dan semua orang di kantornya pun tahu, karena jeno tidak akan bisa fokus bekerja sebelum menenggak kafein. tapi sudah dua minggu terakhir ini mark perhatikan jeno tidak lagi menjinjing box berisi dua gelas kopiㅡuntuk pagi dan siang. alih-alih kopi, yang tersedia di atas meja jeno adalah susu hangat serta notes ‘diminum ya :)’ dengan emoticon senyum.

karena mark itu sangat mudah penasaran, pada jam-jam krusial (yaitu setelah jam makan siang) ia menghampiri meja jeno untuk iseng mengajak si empu meja ngopi.

“jen, ngopi yuk?”

“gue nggak dulu deh mark, sorry.”

“ih tumben banget deh, akhir-akhir ini gue jarang liat kopi di meja lo.”

bukannya jawaban yang mark terima hanya senyuman basa-basi dan kemudian temannya itu melenggang pamit.

“gue dipanggil bos dulu yaa.”

dahi mark berkerut, kenapa juga si bos tumben iseng sama karyawannya di jam segini? padahal biasanya itu manusia dingin satuㅡalias bosnya, paling anti banget ngerecokin kerjaan karyawannya secara langsung. biasanya juga selalu lewat managernya, pak donghyuck.

kenapa akhir-akhir ini banyak banget yang aneh ya..

kayak sore setelah mereka balik kerja, jeno yang biasanya pulang bawa mobil sendiri sambil ngajak mark nebeng. sekarang malah nunggu di lobby, sebelahan pula bareng bos dinginnyaㅡpak jaemin. padahal jeno tuh katanya maleeeessss banget deket-deket si bapak.

mark menepuk pundak jeno pelan,

“nggak pulang jen?”

“eh mark, ini gue mau balik.”

“nggak bawa mobil?”

terus tiba-tiba si bapak bungkuk sedikit biar bisa lihat mark, “jeno pulang sama saya, kami duluan ya mark.”

terus lagi saat mark mengangguk, jeno dan si bapak melenggang pergi menjauh, kalau mark nggak salah lihat juga itu tangannya si bapak sedikit menuntun pinggang jeno… aneh banget? seinget dia jeno anti skinship deh!

selagi mark masih terbengong tiba-tiba ada tangan besar yang dadah-dadah di depan mukanya,

“hey! bengong aja, mark.”

“eh bapakㅡkaget saya.”

“kenapa lihatin jaemin sama jeno begitu banget?”

“engㅡgak apa-apa kok pak, ehehe.”

“maklumlah jeno kan lagi hamil muda, wajar aja pacarnya protektif gitu. kamu pulang naik apa, sama saya aja bareng, yuk?”

sebentar-sebentar… HAH? jeno hamil muda? pacarnya protektif? mark linglung dan matanya yang belo semakin bulat seperti bakso.

“maksud bapak.. jeno sama pak jaemin itu.. pacaran?”

“loh.. kamu baru tau? waduh.. saya pikir kamu dekat dengan jeno, makanya sudah tau kabarnya. gawat ini saya besok pasti kena tegur. aduh.. kamu jangan cerita ke siapa-siapa lagi ya?”

“… tapi bapak antar saya pulang setiap hari, ya?”

“iya deh, sampe masuk kamar juga saya anter boleh..”

“ih si bapak!”

mark kesampingan dulu itu kepo, masih ada hari esok untuk menginterogasi jeno nanti. sekarang kita ladenin dulu ini si bapak manager yang super modus sama mark, siapa tahu setelah ini bisa lah jadi cem-cem-an si bapak, biar kalau pulang nggak perlu naik busway desek-desekkan sama bau keringet orang lain lagi kan..

dulu xiaojun berpikir, nggak akan ada bahagianya pacaran dengan pasangan yang umurnya jauh lebih muda. apa coba yang akan di dapat? jelas cuma ribet dan kekanakan, apa lagi kalau udah ngambek. pasti merengek dan bikin pusing. soalnya pernah sekali dia pacaran sama adek kelasnya jaman kuliah dulu, duuuuh nggak lagi-lagi deh.

salahnya cuma karena dia balas chat telat lima menit, literally lima menit, tapi mantannya itu ngambek seharian, nge-block whatsapp nya dan semua sosial media, nggak lagi-lagi deh.

semenjak hari itu xiaojun paling anti kalau ada orang yang lebih muda dari dia bergelagat seperti mau PDKT, udah pasti langsung di cut-off. kecuali mungkin satu orang ini, udah berkali-kali xiaojun tolak, bahkan secara terang-terangan bilang “aku nggak suka.” yang mana bukan sifat xiaojun banget, dia kan nggak enakan.

tapi lain cerita sama laki-laki satu ini, cara halus udah nggak mempan. harus dikasih kalimat jelas, “aku menolak.” tapi bukannya menyerah itu laki-laki malah makin gencar, katanya,

“nggak ada yang pernah nolak saya, kakak juga nggak boleh nolak saya. lagipula saya cuma maunya kakak, kita lihat aja siapa yang akan menang.”

xiaojun nggak paham deh, apanya yang menang? kompetisi aja bukan, xiaojun juga nggak pernah setuju tentang apapun itu, dia kan nggak mau deket-deket sama juniornya yang to-the-point banget ini.

tapi itu kan dulu ya, dulu waktu dia belum paham, kalau umur tuh bukan jadi patokan seseorang bersikap. mungkin dulu kebetulan aja dia ketemu sama mantannya yang masih belum dewasa, lain halnya dengan juniornya kali ini, jaemin namanya. dia empat tahun lebih muda dari xiaojun, waktu awal dikenalin sama atasannya kalau ada anak baru yang akan masuk ke tim mereka, xiaojun sih nggak keberatan, toh katanya si anak baru sangat capable. tapi dia nggak nyangka umurnya masih muda banget, xiaojun sedikit kagum, kok bisa orang semuda dia punya skill yang profesional. tapi udah cuma sekedar itu.

mungkin karena seringnya mereka kerjasama, xiaojun makin sedikit mengenali jaemin, dia memang muda, tapi nggak dengan caranya berpikir dan bersikap. mungkin boleh dibilang, jaemin tahu dengan pasti apa yang ingin dan sedang dia lakukan. semuanya selalu dipikir matang-matang juga dengan hati-hati. jaemin mungkin terlahir sebagai pemimpin, itu yang xiaojun pikir.

dan iya, jaemin tau apa yang dia inginkan. termasuk melamar xiaojun dan menikahinya. jaemin bahkan pernah bilang sama xiaojun,

“saya punya rencana, kalau nanti kakak menikah dengan saya, kita akan pindah ke finlandia, disana lingkungannya bagus sekali untuk tumbuh kembang anak.”

itu setelah kurang lebih delapan bulan jaemin terus PDKT dan xiaojun terus menolak, karena pun mereka satu tim, nggak enaklah, pikir xiaojun. jadi dia kasih satu kesempatan untuk mengiyakan ajakan kencan jaemin, yang sebenernya itu xiaojun lakukan untuk tanda terimakasih karna jaemin berhasil mengimpresi beberapa bos besar di project baru mereka dan membuat tim nya dapat apresiasi.

tapi ternyata sejak kencan pertama itu, hati xiaojun mulai terketuk, caranya jaemin memperlakukan dia yang sangat lembut bikin hati xiaojun luluh. tatapannya, genggaman tangannya, gestur kecil yang berusaha melindunginya. kayak contoh megangin ujung meja yang lancip pas xiaojun nunduk ngambil barangnya yang jatuh, biar kepala dia nggak kepentok. selalu berdiri di kanan xiaojun ketika lagi jalan di trotoar, padahal jalanan hari itu lagi senggang dan lain-lain.

sampai xiaojun lupa bahwa jaemin jauh lebih muda dari dia. akhirnya satu malam di atas ranjang xiaojun, entah setelah kencan mereka yang ke berapa, xiaojun duduk di atas perut jaemin dan mereka saling tatap.

“hm?” kata jaemin.

“aku mau nikah sama kamu, besok juga mau. aku mau ke finlandia, besarin anak-anak kita di sana. asal sama kamu. aku mau.”

jaemin sempat bengong beberapa menit habis itu bangun sambil menimpa xiaojun ke kasurnya dan nangis sesenggukan di ceruk leher xiaojun sambil ngucap ‘terimakasih’ berkali-kali. xiaojunnya malah ketawa sambil elus punggung jaemin yang nangisnya mirip banget anak kecil.

sebulan setelahnya mereka menikah dan nanti pertengahan 2022 mereka akan pindah ke finlandia, mencoba hidup bahagia dengan mimpi baru berdua.

jeno keluar dari kamar mandi dan melihat jaemin sedang merebahkan diri di kasurnya.

“eh jaem, dari tadi?”

“nggak kok, btw gua tadi beli pempek tuh.”

“thank you, repot-repot deh.”

“santai.”

“itu btw jaket lo yang di paper bag ya.”

lalu jeno duduk di samping jaemin yang mengangguk sambil menyibukkan diri dengan handphonenya. kamar kos jeno tidak luas, kasurnya pun tanpa ranjang, tidak ada ac hanya kipas angin yang 24 jam menyala. jaemin menyalakan tv memindahkan channelnya acak lalu menaruh remotnya di meja kecil yang terbuat dari plastik, untuk kemudian merebahkan kepala di kaki jeno yang sedang selonjoran. jeno yang merasakan beban di pahanya melirik sekilas ke arah jaemin.

“ngantuk jaem?”

“iya nih, seharian kerja plus gantiin shift donghyuck yang minta tukeran.”

“tidur aja dulu.”

“elusin dong.”

jeno tersenyum tipis lalu meletakkan handphonenya kembali di meja pada posisi charging dan mulai mengelus rambut jaemin pelan. jaemin alih-alih tidur menatap jeno dari bawah. jeno yang diperhatikan pun hanya menggumam.

“hm?”

“can i kiss you?”

jeno menjawab dengan membungkukan badan dan mencium bibir jaemin. bau harum shampo dan lotion yang digunakan jeno pun tercium semakin jelas. jaemin bangun dari posisi tidurnya lalu meraih wajah jeno untuk melumat bibir jeno lebih dalam. lidah saling lilit, bibir saling gigit, ciuman mereka semakin panas.

jaemin melepas ciuman untuk menatap wajah jeno yang masih memejam sambil meraup napas, lalu mengecup bibir jeno lembut sebagai bentuk mengagumi paras rupawan jeno.

jeno membuka mata untuk menatap jaemin dan mereka tersenyum tipis. tangan kanan jaemin mengelus bibir jeno dengan ibu jarinya sedangkan tangan yang lain meraba paha dalam jeno dan sesuatu yang berada di balik celana pendek yang jeno gunakan. jaemin hanya menatap jeno tanpa bicara namun jeno seakan paham, jeno menggigit bibir bawahnya dan mengangguk pelan. jaemin mengecup lagi bibir jeno sebelum memposisikan wajahnya tepat di depan penis jeno yang masih tertutup celana.

jeno menyandarkan badannya menempel pada tembok dan menarik rambut jaemin pelan ketika merasakan penisnya dikulum. lidah jaemin yang hangat menjilat ujung penis jeno dengan gerakan memutar, membuat jeno menahan napas.

“hm!”

jaemin menghisap penis jeno sambil meremas buah zakar jeno untuk memberikan sensasi nikmat. jeno merasa dirinya akan tuntas, namun merasa panik ketika jaemin tidak juga mengeluarkan penisnya.

“j-jangan ditelen hh!”

jeno kemudian buru-buru meraih tisu di meja kecil yang berada di sampingnya dan menarik kepala jaemin untuk melepaskan penisnya.

“keluarin!”

jeno meraih dagu jaemin dan menempelkan tisu ke mulut jaemin. namun jaemin hanya menggeleng dan menelan cairan jeno.

“uwek! kok stroberi sih jen?”

“kan aku bilang jangan ditelen!”

jaemin berdiri dari posisinya untuk buru-buru meneguk segelas air lalu hanya melirik sinis jeno yang sedang tertawa prihatin. jaemin kemudian kembali duduk di samping jeno yang sedang membersihkan penisnya lalu memakai celananya kembali dengan wajah cemberut. jeno yang sudah selesai pun menatap jaemin dengan senyum manisnya.

“maaf..”

jeno mengecup pipi jaemin berkali-kali sambil terkekeh gemas.

“aku tuh kemarin emang makan stroberi terus, soalnya tiga harian ini beberapa anak paud ultah, terus kuenya rasa stroberi, bingkisannya juga susu stroberi. ibu kos juga kemarin ngasih sebotol penuh susu stoberi, maaf ya? mau lanjut nggak? aku sepong ya?”

jeno mengecup dagu jaemin sambil mengelus dada bidang jaemin.

“nggak ah, udah nggak mood.”

“yah sedih deh.”

jeno kemudian menyenderkan kepalanya di bahu jaemin sambil memainkan jari-jari jaemin.

“padahal sengaja nyari alasan ketemu jaket biar kamu mampir.”

jaemin hanya tersenyum tipis melirik jeno.

“kangen ya?”

“kangen lah, seminggu nggak ketemu!”

jaemin melingkarkan tangannya di pinggang jeno dan mengecup pucuk rambut jeno yang berada di pundaknya.

“sorry ya, lagi banyak kerjaan nih. kan lumayan buat modal nikah.”

“nikah sama siapa?”

“sama yang mau aja. kamu mau nggak?”

jeno tidak menjawab tapi menyembunyikan wajahnya sambil melingkarkan tangannya di leher jaemin dengan wajah semerah tomat dan jaemin hanya tersenyum lebar mengelus kepala belakang jeno.